Foto : Istimewa
Foto : Istimewa

www.INDONESIATRAVEL.NEWS//NUSA TENGGARA BARAT – Salah satu masalah yang ditemui di daerah irigasi adalah kurangnya jumlah penyuluh dan terbatasnya kompetensi yang sesuai dengan persoalan. Untuk mengatasi masalah tersebut, PPIU Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat menyelenggarakan pelatihan penyegaran penyuluh lapangan (Refresher Training) yang didukung Proyek IPDMIP (Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program).

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menilai kegiatan Refreshing Training ini sejalan dengan Kostratani.

“Saat ini, Kementerian Pertanian melakukan revitalisasi peran BPP di kecamatan sebagai fokus pembangunan pertanian. BPP di seluruh Indonesia akan menjadi BPP Kostratani, dan akan terhubung dengan Agriculture War Room [AWR] di Kementerian Pertanian. Oleh karena, BPP kita tingkatkan perannya sebagai pusat data dan informasi, pusat gerakan pembangunan pertanian, pusat pembelajaran, pusat konsultasi agribisnis, dan pusat pengembangan jejaring kemitraan,” kata Mentan SYL, Rabu (16/9/2020).

Apresiasi juga ditunjukkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi.

“SDM pertanian harus ditingkatkan terus wawasan, kemampuan dan kompetensinya. Caranya, bisa dengan mengikuti berbagai pembekalan, pelatihan, dan lainnya. Termasuk juga Refreshing Training,” katanya.

Refreshing Training di NTB diselenggarakan 15 – 21 September 2020. Peserta berasal dari 4 kabupaten di Provinsi NTB, yaitu Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima dengan jumlah peserta 20 orang. (Jumlah laki-laki 15 orang dan perempuan 5 orang).

Pelatihan dibuka oleh Kepala Balai Pelatihan Tanaman Pangan dan Perkebunan Nusa Tenggara Barat (NTB) Hendro Yulistiono. Hadir dalam acara Pelatihan Narasumber dan Fasilitator Widya Iswara dari Balai Pelatihan tersebut, Konsultan Regional 7, dan Konsultan OGO Wil NTB.

Kepala Balai Hendro Yulistiono mengingatkan pentingnya benih bersertifikat untuk menaikkan produksi padi, peningkatan kinerja dan kontribusi penyuluh dan mendorong petani untuk benih unggul, motivasi ke petani untuk menerapkan jajar legowo dan perlunya pemetakan dan teknik pendampingan petani.

Menurut Hendro, tujuan dari pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan teknis penyuluhan meliputi penyusunan program, perencanaan kegiatan, metodologi, teknik fasilitasi, monitoring dan evaluasi serta pelaporan.

“Untuk memastikan pelaksanaan proyek di lapangan, IPDMIP membekali penyuluh yang ada di lokasi proyek dengan berbagai pelatihan, salah satunya pelatihan penyegaran, guna menambah keterampilan untuk mendorong proses adopsi teknologi baru di tingkat petani,” katanya.

Selain itu para penyuluh diminta agar dapat mengikuti pelatihan tersebut dengan sungguh sungguh supaya bisa memahami semua materi yang dilatihkan, sehingga kelak dapat bertanggungjawab memberikan pelayanan penyuluhan kepada petani penerima manfaat proyek di daerah irigasi.

“Di samping itu dengan adanya IPDMIP diharapkan dapat meningkatkan pelayanan penyuluhan yang bertumpu pada kebutuhan dan keinginan dari petani di daerah irigasi,” tuturnya.

Sementara Yulia TS selaku penyuluh pertanian pusat, sekaligus sebagai tim teknis dan PIC IPDMIP regional 7 menyampaikan kalau selama ini penyuluh jarang mendapat kesempatan mengikuti pelatihan.

“Sehingga banyak pengetahuan dalam pendampingan kepada petani sudah terlupakan, atau malah ilmunya belum didapatkan, maka ini saatnya perlu disegarkan kembali untuk yang sudah pernah dapat, atau mungkin pengetahuan yang belum pernah didapat, maka harus diikuti dengan baik,” ujarnya.(YTS/EZ)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here