Foto : Istimewa
Foto : Istimewa

www.INDONESIATRAVEL.NEWS//Jakarta – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa generasi milenial adalah penentu kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. Ia meyakini tongkat estafet pembangunan pertanian ada pada pundak generasi muda.

“Generasi milenial terus dijadikan target utama untuk mendongkrak kualitas sumber daya manusia di bidang pertanian,” ujar SYL. Atas dasar itulah Kementerian Pertanian menargetkan 1 juta petani milenial ikut tergabung dalam 40 ribu kelompok di masing-masing daerah, yang terdiri atas 20-30 orang.

Menurut SYL, salah satu tantangan terbesar pembangunan pertanian di Indonesia saat ini adalah minimnya minat generasi milenial untuk bertani. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menaruh harapan besar di bidang pertanian untuk para generasi milenial yang berani mendirikan usaha.

Dwi Sartono, salah satu petani milenial juga merupakan ketua Gapoktan Subur Makmur Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, mempunyai komitmen dan konsistensi yang tinggi terhadap bidang pertanian, yang kini menjadi pekerjaannya. Dari komitmen tersebut Dwi Sartono membangun “Agrowisata Barro Tani Manunggal”.

Diahan seluas 5 ha ia menanam terong, cabai, labu madu, tomat, pare, mentimun, golden melon, melon hijau, semangka kuning, dan semangka merah. Kebutuhan air diperoleh dari aliran sungai yang diangkat menggunakan pompa air. Ada juga dari sumur pantek yang dibuat di lahan tersebut.

Dwi Sartono juga mengungkapkan setelah memasuki usia panen, mempersilakan warga atau pembeli untuk memetik sendiri dari pohon. “Dengan cara itu, petani bisa mengatasi harga anjlok saat panen tiba. Pasalnya, mereka bertemu langsung dengan konsumen, tanpa melalui pengepul atau tengkulak,” cerita Dwi Sartono.

Para pembeli pun rela merogoh kocek untuk membeli semangka Rp 5.000 per kilogram. Padahal, beberapa petani lain terpaksa menjual semangka hanya Rp 2.500 per kilogram kepada tengkulak. Ia juga mempunyai impian membuat agrowisata lebih tertata, untuk memajang produk-produk petani lainnya.

“Saya ingin mengajak petani lain sebagai mitra, sehingga produksi selalu kontinyu dan bisa mencukupi permintaan. Apalagi saat ini gerenasi muda di sektor pertanian sudah mulai bertumbuh dan semakin banyak meskipun di masa pandemi Covid -19 ini, sektor ekonomi dibidang perdagangan lebih banyak daripada disektor pertanian. Tetapi masih sangat banyak peluang yang bisa dikembangkan dalam bidang pertanian. Peran pendampingan dari penyuluh pertanian tetap kami harapkan. Karena petani dan penyuluh pertanian tidak bisa dipisahkan sebagai mitra, “lanjut Dwi Sartono lagi.

“Adanya petani milenial yang mau terjun khusus komoditas hortikultura di Desa Kepatihan, Kecamatan Selogiri membuat kami sebagai penyuluh pertanian bangga dan sangat mengapresiasi langkah yang diambil Dwi Sartono. Dwi bisa menjadi pioner petani milenial di Kabupaten Wonogiri, yang menarik minat pemuda tani lainnya ikut terjun ke bidang hortikutura, “papar Silvia penyuluh pendamping di Kecamatan Selogiri.

Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mengatakan “Inilah waktu yang tepat bagi petani untuk menjadi pahlawan bangsa. Petani milenial harus mampu menjadikan aktivitas tidak hanya on farm tetapi mampu menuju off farm yang lebih memiliki nilai jual, terutama pasca panen dan olahannya. Selain itu petani milenial harus mampu membuat terobosan-terobosan baru, dan harus mau berinovasi di jaman Industri 4.0 ini,” pungkas Dedy.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here