KABUPATEN BOGOR – Musim Kemarau 2020 menurut prakiraan BMKG cenderung lebih basah jika dibandingkan tahun 2019 dan wilayah Bogor dikatakan terpantau aman dari peringatan dini kekeringan meteorologis. Meskipun demikian upaya menjamin ketersediaan air bagi sektor pertanian menjadi sangat penting dengan memanfaatkan dan mengelola sumber daya air yang ada melalui konservasi air.

Pengembangan Embung Pertanian (baik berupa embung maupun dam parit atau lonstrorage) merupakan upaya konservasi air yang tepat guna, murah dan spesifik lokasi, serta dapat mengatur ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air (water demand) di tingkat usaha tani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo optimis pembangunan embung pertanian sebagai salah satu upaya konservasi air dilakukan agar produksi pertanian tidak terganggu.

“Saat musim kemarau dan masa pandemi Covid-19 ini agar kiranya tak menyurutkan semangat petani untuk terus berproduksi. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian turut menjaga hal tersebut melalui penyaluran dana bantuan Pemerintah berupa kegiatan pengembangan embung pertanian. Kita berharap bangunan konservasi air tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik oleh petani dan bisa berdampak pada peningkatan indeks pertanaman,” katanya.

Pembangunan dam parit pada Kelompok Tani Kiara Harapan Maju, Desa Kuarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor yang dialokasikan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian pada tahun 2020 ini sangat dirasakan manfaatnya, petani bisa melakukan persemaian lebih awal untuk tanam kedua di musim kemarau tahun ini.

Sementara Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan dam parit harus bisa meningkatkan luas areal tanam dan peningkatan angka produksi pertanian. Sehingga yang menjadi skala prioritas alokasi kegiatan embung pertanian adalah pada lokasi yang rawan terdampak bencana kekeringan akibat anomali iklim.

“Dengan dam parit, kebutuhan air untuk pertanian menjadi terpenuhi, utamanya saat musim kemarau. Oleh karena itu, pembangunan dam parit harus dekat kawasan pertanian sebagai upaya konservasi air yang tepat guna. Pun tidak terlepas dari pengelolaan dan pemeliharaan yang baik dari Poktan dan Gapoktan yang ada di sekitar dam parit, semua harus bersama-sama menjaganya,” terangnya.

Sarwo Edhy menambahkan, keberhasilan pembangunan Dam Parit ini tidak terlepas dari peran tim teknis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor.

Pemilihan lokasi Dam Parit diutamakan pada lokasi yang terdapat parit-parit alamiah, sungai-sungai kecil atau saluran drainase yang dapat ditampung dengan debit air yang memadai. Air kemudian dibendung dan dialirkan bagi keperluan irigasi pada musim kemarau dengan minimal debit 5 lt/detik. Sangat penting untuk memperhatikan lokasi penempatan bangunan dam parit berada di atas sasaran oncoran agar pemanfaatan airnya bisa secara gravitasi sehingga layak dikatakan murah dalam operasionalnya.

Dam Parit sebagai upaya konservasi air dan antisipasi anomali iklim terbukti mampu mengoptimalkan aliran air dari mata air Gunung Halimun Bogor yang berjarak sekitar 6 km dari lokasi bangunan dam parit Kelompok Tani Kiara Harapan Maju untuk kemudian disalurkan ke lahan sawah milik kelompok dan sekitarnya dengan jarak sekitar 20 meter, sangat ideal sebagai upaya konservasi air yang tepat guna.

Ketua Poktan Kiara Harapan Maju, Itang pun mengakui jika dam parit memiliki dampak yang sangat positif buat petani.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertanian, khususnya Ditjen PSP, yang telah mengalokasikan bantuan Dam Parit melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor pada tahun 2020 ini. Dam Parit yang telah terbangun sangat membantu kami para petani di sekitar wilayah Desa Kuarasari, Kecamatan Sukajaya, untuk melakukan tanam kedua yang direncanakan pada akhir Agustus hingga awal September 2020 mendatang. Untuk saat ini kami pun telah memulai semai lebih awal dari sebelumnya,” tutur Itang.

Sebelumnya, para petani telah mampu dua kali tanam. Melalui bantuan dam parit tersebut mereka optimis meningkatkan indeks pertanaman menjadi 2,5 atau dengan kata lain dalam 2 tahun bisa melakukan 5 kali tanam. Selain itu peningkatan produktivitas juga menjadi target mereka, yang semula hanya berkisar 3,5 sampai 3,8 ton/ha GKG, menjadi 5,5 ton/ha GKG.

“Alhamdulillah, masa pandemi covid-19 pun tak menyurutkan partisipasi Kelompok Tani Kiara Harapan Maju untuk menyelesaikan pekerjaan bangunan Dam Parit pada akhir Juni 2020 lalu,” tutur Suwandi Kasie Pengolahan dan Pemasaran Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor sambil berharap akhir Agustus hingga pertengahan September 2020 mendatang, air dari dam parit langsung dapat dimanfaatkan untuk tanam kedua.(WD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here